Fenomena belanja menjelang lebaran selalu menjadi budaya masyarakat di Indonesia. Sejak saya kecil dulu sampai sekarang di tahun 2016. Rasa-rasanya semakin tahun animo masyarakat untuk berbelanja makin membahana. 10 hari terakhir bulan Ramadan, Mall, Pasar, Supermarket, dan tempat-tempat belanja lainnya selalu lebih rame daripada masjid dan mushola. Atau malah rumahnya juga sepi, karena keluar belanja semua. hehehe
Dulu semasa masih MI (Madrasah Ibtida'iyah) minta beli baju lebaran sudah jadi hal wajib buat saya. Minimal minta dibelikan tiga setel baju-celana lengkap dengan sandalnya. hehehe. Ya wajar sebenarnya, karena anak-anak lain juga begitu. Ada rasa minder buat anak-anak yang tidak pake baju baru di hari lebaran.
2. Berbagi rezeki dengan saudara dan orang lain kurang mampu lebih indah.
Ada yang bilang "berbagi membawa kebahagiaan". Pernyataan itu perlu kita buktikan, caranya dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk diberikan ke siapapun yang dirasa layak menerima. Beramal di bulan baik inshaAllah tentu akan lebih berkah.
3. Silaturahim dengan keluarga, sanak saudara dan sahabat adalah yang utama, bukan tempat wisata.
Dulu semasa masih MI (Madrasah Ibtida'iyah) minta beli baju lebaran sudah jadi hal wajib buat saya. Minimal minta dibelikan tiga setel baju-celana lengkap dengan sandalnya. hehehe. Ya wajar sebenarnya, karena anak-anak lain juga begitu. Ada rasa minder buat anak-anak yang tidak pake baju baru di hari lebaran.
Tepatnya sejak Ramadan 2011, awal perantauan di Surabaya. Saya mulai timbul pertanyaan di hati.
"Buat apa sih selalu beli baju baru tiap mau lebaran?, apa pentingnya ya?"
Pertanyaan itu mungkin dipicu dari keadaan waktu itu yang mengawali hidup sendiri jauh dari orang tua. Ya walaupun rumah orang tua di Jember bisa dibilang nggak jauh-jauh amat dari Surabaya. Tapi feel merantau tetap ada. Apalagi jika dibandingkan keadaan lingkungan di Ambulu, Kecamatan tempat rumahku dengan keadaan Surabaya, jauh sekali. Infrastruktur megah ala kota dibandingkan dengan jalan tanah yang penuh debu tiap musim kemarau depan rumah dan sawah penghias desa. Hal ini membuat saya tergugah.
Sejak saat itulah, saya berpikiran :
1. Lebaran ya nggak harus belanja-belanja banyak juga. Yang dibutuhkan saja yang dibeli.
Belanja dan pola hidup konsumtif di masyarakat kita daridulu sepertinya masih sangat kental. Parahnya kadang belanja pun ikut kebeli barang-barang yang nggak terlalu penting dan dibutuhkan. Mata kadang memang lansung ijo ya kalau lihat diskon yang bombastis. hehehe
Belanja dan pola hidup konsumtif di masyarakat kita daridulu sepertinya masih sangat kental. Parahnya kadang belanja pun ikut kebeli barang-barang yang nggak terlalu penting dan dibutuhkan. Mata kadang memang lansung ijo ya kalau lihat diskon yang bombastis. hehehe
Ilustrasi ramenya yang belanja.. |
Nggak cuma baju. Beli hape baru, motor baru, meja kursi sofa baru juga nggak sedikit lho. Kalau pas belum punya atau rusak nggak apa-apa beli baru, tapi kalau cuma demi kelihatan gaya pas lebaran kan sayang, apalagi kalau beli nyicil apalagi ngutang. hehehe
2. Berbagi rezeki dengan saudara dan orang lain kurang mampu lebih indah.
Ada yang bilang "berbagi membawa kebahagiaan". Pernyataan itu perlu kita buktikan, caranya dengan menyisihkan sebagian rezeki untuk diberikan ke siapapun yang dirasa layak menerima. Beramal di bulan baik inshaAllah tentu akan lebih berkah.
3. Silaturahim dengan keluarga, sanak saudara dan sahabat adalah yang utama, bukan tempat wisata.
Idul fitri, alangkah baiknya dimaksimalkan untuk berjumpa sanak saudara, menyambung dan mempererat ikatan keluarga. Bertemu sahabat lama, bermaaf-maafan dengan siapapun terutama yang sering di sekitar kita. Berwisata boleh saja, tapi bukan itu yang layak diutamakan.
Hari ini puasa hari ke-23, seminggu lagi inshaAllah sudah berlebaran, tingkatkan ibadah di akhir ramadan ini ya. Semoga selalu bahagia!