Rabu, 21 Agustus 2013

Kondisi Indonesia dan Strategi Sukses di Komunitas ASEAN 2015

Komunitas ASEAN 2015, gambar ilustrasi : malaysiaclubjakarta.org

Ibarat sebuah tim sepakbola yang akan berjuang dalam sebuah kompetisi, Tim yang rapuh, kurang latihan, tidak punya strategi dan solidaritas antar pemainnya buruk. Besar akan kemungkinan akan kalah bersaing dan tersingkir dari kompetisi. Sama halnya dengan Indonesia saat ini yang sedang bersiap menyongsong Komunitas ASEAN 2015. Seberapa siapkah kita? Seberapakah masyarakat kita tahu? dan seberapa fokuskah pemimpin bangsa ini memperjuangkannya?

Seperti Apa Kesiapan Kita di Komunitas ASEAN 2015?

Perkenalkan, Saya seorang mahasiswa jurusan teknik sebuah PTN di Surabaya, seorang Blogger pemula yang ingin berpartisipasi dalam Komunitas Blogger ASEAN. Melalui artikel ini saya hanya ingin mengungkapkan konsep dan opini pribadi saya mengenai sejauh mana kesiapan Indonesia menyongsong Komunitas ASEAN 2015 dan strategi apa yang ampuh untuk benar-benar mampu berkompetisi dalam Komunitas ASEAN 2015 yang sudah menanti kita.

Masyrakat dan Pemerintah Indonesia saya kira tidak lupa, bagaimana sejarah dengan lantang bercerita tentang kehebatan Indonesia yang saat itu mengkoordinir negara-negara Asia-Afrika pada tahun 1955, kemudian ikut memprakarsai berdirinya ASEAN tepatnya pada tanggal 8 Agustus 1867. Ini menunjukkan betapa pemimpin-pemimpin kita terdahulu sudah memberikan teladan seperti apa harusnya visi bangsa ini.

Komunitas ASEAN awalnya akan dihelat tahun 2020, namun akhirnya dimajukan menjadi tahun 2015 pada KTT ASEAN 2007 di Cebu, Filipina. Program yang bertumpu pada 3 pilar yaitu Politik-Keamanan, Ekonomi, dan Sosial-Budaya ini menjadi perwujudan yang nyata kerjasama antar negara ASEAN. Tetapi bukan berarti hal ini memastikan Indonesia nantinya akan mendapat keuntungan, malah bisa jadi kita hanya penonton yang tidak mendapat apa-apa dan menjadi sasaran empuk produk-produk dari negara tetangga jika tidak ada kesiapan menyambut Komunitas ASEAN 2015 ini.

Sayangnya, fakta yang terjadi saat ini meyakinkan saya bahwa Indonesia masih sangat rapuh, dan butuh banyak hal yang harus disiapkan jika ingin berbicara banyak apalagi menjadi "The Winner" di Komunitas ASEAN 2015. Satu hal dasar adalah belum menyebarnya informasi tentang Komunitas ASEAN 2015 ke seluruh penjuru daerah dan semua kalangan masyarakat.

Coba kawan lihat lagi rekaman debat Calon Presiden di tahun 2009 yang ternyata tidak membahas Komunitas ASEAN 2015, padahal baru tahun 2007 kesepakatan itu dibuat. Belum lagi media-media informasi termasuk elektronik maupun media cetak saat ini yang sibuk memberitakan hal-hal yang kadang kurang bermanfaat buat kemajuan bangsa. Lihat saja televisi-televisi kita yang sibuk memberitakan kisruh yang terjadi di Mesir, atau kasus korupsi Rudi Rubiandini kepala SKK Migas yang baru saja ditangkap, daripada menginformasikan dan mengajak masyarakat untuk menyiapkan diri menyongsong Komunitas ASEAN 2015.

ASEAN Study Center baru didirikan tahun ini tepatnya pada 18 Maret 2013 di Universitas Indonesia. Sebuah wujud persiapan yang bagus, namun hal ini terbilang terlambat jika melihat ASEAN yang sudah berdiri pada tahun 1967, bahkan Roadmap of ASEAN Community 2015 pun juga sudah dirumuskan di tahun 2009. Seharusnya persiapan dari pemerintah ini bisa lebih cepat.

Selain itu, jumlah pengusaha di Indonesia juga kurang, jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga, kita masih kalah. Dari survei entrepreneur Bank Dunia di tahun 2008 menyebutkan bahwa Indonesia punya pengusaha sejumlah 1,56 persen, sedangkan Malaysia sudah mencapai 4 persen, Thailand 4,2 persen dan Singapura yang sudah 7,2 persen.

Keadaan pemerintah dari dulu juga belum berubah, sejak SBY dan Budiono dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden. Pemerintah sangat disibukkan dengan gonjang-ganjing politik di negeri ini, belum lagi kasus korupsi yang terus-terusan ditemukan di berbagai lini pemerintahan yang tentu sangat merugikan. Saat ini pun, sepertinya elit politik juga lupa dengan Komunitas ASEAN 2015 karena sibuknya bersiap-siap untuk berkompetisi di Pemilu 2014.

Lalu apa yang bisa kita lakukan?

Kesejahteraan dan kemakmuran hanya untuk bangsa yang mau berjuang dan bekerja keras. Baru kemarin kita memperingati hari kemerdekaan negeri ini. Menengok kembali bagaimana semangat para pendiri bangsa berjuang mengusir penjajah yang menindas negeri ini lebih dari 3 abad. Tentu kita tidak menghormati para pahlawan jika kita tidak mau berjuang untuk membawa negeri ini menuju kemakmuran.

Pemerintah dan rakyat harus saling bahu-membahu mewujudkan kesiapan bangsa. Hal ini bisa dilakukan dengan menghidupkan sektor usaha di daerah-daerah, jadi jangan hanya pemerintah pusat yang terus-terusan didesak. Tetapi yang di daerah pun seharusnya juga membangun ekonomi mulai dari bawah, melalui industri menengah , kecil dan mikro, serta produk rumahan yang berkualitas. Pelestarian budaya daerah juga jadi hal wajib, selain memang termasuk dalam 3 pilar Komunitas ASEAN 2015, budaya adalah warisan leluhur kita, dan termasuk identitas yang memberikan ciri Indonesia di mata dunia. Generasi muda harus lebih mencintai budaya aslinya, jangan malah menggandrungi budaya asing apalagi yang merusak tatanan norma di masyarakat.

Para akademisi termasuk pelajar, mahasiswa dan ilmuwan harus sadar, bahwa bangsa ini membutuhkan tangan-tangan handal untuk membangun dan mengembalikan kejayaannya.  Kakak kelas saya di kampus pun yang baru lulus sudah berlomba untuk bisa bekerja di luar negeri, alasannya paling banyak adalah "Kerja di luar negeri itu enak, gaji banyak, hidup enak, banyak pengalaman juga". Memang boleh, para alumni perguruan tinggi negeri mencari penghidupan dan pengalaman di luar negeri. Tapi negeri ini sekarang lebih membutuhkan karya para anak bangsa. Pemerintah juga harusnya menyediakan sarana dan lingkungan yang mendukung untuk para akademisi supaya nyaman berkarya dan berperan membangun bangsa.

NKRI harus lebih bersatu, konflik sosial, hukum dan kriminalitas yang banyak terjadi di masyarakat harus terus dikurangi. Selain itu, yang terpenting jadikan Pemilu 2014 nanti sebagai ajang pemersatu bangsa. Jangan malah menjadi ajang perpecahan yang bisa berpengaruh pada keterpurukan Indonesia di Komunitas ASEAN 2015 nanti. Memang, Indonesia terbagi menjadi pulau-pulau yang dipisahkan samudera. Kita juga terbagi menjadi ratusan suku dan ras berbeda. Tetapi inilah kekuatan kita, inilah Indonesia.

Kita semua adalah aktor di Komunitas ASEAN 2015, mulai dari pemerintah, pelajar, mahasiswa, pekerja dan pengusaha. Kerja keras dan persatuan semua masyarakat Indonesialah yang akan menentukan kesuksesan di Komunitas ASEAN 2015. Lakukan aksi semampu kita, jangan hanya mendesak pemerintah, atau bahkan diam seakan tidak tahu. Kejayaan bangsa ini ada di tangan para generasi penerusnya.

Singkat saja tulisan saya, semoga ada manfaatnya. Mari terus berkarya untuk membangun bangsa kita.

Andi Hidayatulloh, Mahasiswa Teknik Telekomunikasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Komunitas Blogger ASEAN

Telco Engineer yang sedang belajar dan membiasakan menulis, tertarik pada politik dan fenomena sosial, penyuka Sate dan Soto.